Jumat, 15 Agustus 2014

Pasir Besi di Kawasan Pesisir Selatan Jawa Barat


Kawasan pesisir Selatan Jawa Barat secara fisiografi merupakan bagian dari zona jalur pegunungan selatan Jawa Barat yang memanjang dari Ujung Kulon dan Segara Anakan di bagian Timur. Zona ini dicirikan oleh perbukitan yang terjal dengan pantai yang juga terjal dan pada beberapa tempat dijumpai dataran-dataran pantai yang cukup luas. Secara umum morfologi daerah pesisir selatan dapat dibagi menjadi tiga tipe: morfologi dataran pantai, morfologi perbukitan bergelombang, dan morfologi karst. Morfologi dataran pantai Kawasan ini umumnya datar. Pada umumnya satuan ini memiliki luasan yang kecil (sempit), kecuali di daerah Pelabuhanratu, Cidaun, Rancabuaya, Cipatujah, dan Pangandaran. Batuan penyusun satuan ini berupa pasir, lempung, lanau, dan kerikil sebagian mengandung cangkang moluska dalam keadaan lepas (unconsolidated rock).

Secara umum pasir besi yang terdapat di pantai Cipatujah ini terdiri dari mineral opak yang bercampur dengan butiran-butiran dari mineral non logam seperti, kuarsa, kalsit, feldspar, ampibol, piroksen, biotit, dan tourmalin. mineral tersebut terdiri dari magnetit, titaniferous magnetit, ilmenit, limonit, dan hematit, Titaniferous magnetit adalah bagian yang cukup penting merupakan ubahan dari magnetit dan ilmenit. Mineral bijih pasir besi terutama berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik. Kegunaannya pasir besi ini selain untuk industri logam besi juga telah banyak dimanfaatkan pada industri semen.


Di dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia disebutkan bahwa pasir besi adalah bijih laterit dengan kandungan pokok berupa mineral oksida besi. Pasir besi biasanya mengandung juga beberapa mineral oksida logam lain, seperti vanadium, titanium, dan krominum, dalam jumlah kecil.
Potensi yang dimiliki oleh Desa Cikawungading ini banyak menarik minat para pengusaha yang ingin mengusahakan agar dapat menambang. Menurut penelitian pasir besi di daerah Cikawungading tersebut memiliki kandungan unsure besi yang sangat tinggi sekitar 66,58%.


Tabel Kandungan Pasir Pantai di Daerah Cikawungading
No
Jenis
Kandungan
Persentase %
1
AI2O2
3,27
2
Cr2O4
-
3
Fe2O3
66,58
4
K2O
0,14
5
C2O
1,52
6
MgO
5,20
7
MnO2
0,59
8
NaO2
1,07
9
SiO2
7,45
10
TiO2
14,04
Sumber: Hasil uji lab Sucofindo, 2 April 2002

Adanya potensi pasir besi  di daerah ini mengakibatkan berkembangnya kegiatan pertambangan pasir besi.
Para penambang di pertambangan ini kebanyakan menggunakan alat-alat modern, untuk mengeruk pasir besi
atau sejenis becko (escapator). Tapi ada juga yang masih menggunakan alat-alat tradisional seperti sekop dan
cangkul.
Tempat penyedotan pasir besi                                                         Tempat Penyimpanan Pasir sementara
 







Dampak dari Kegiatan Pasir Besi :    
  
1. Merusak pantai dan vegetasinya
Keadaan pantai sebelum adanya penambangan pasir besi di daerah Cikawungading menunjukan kondisi pantai yang begitu alami dan indah , berbagai jenis vegetasi pantai tumbuh di sepanjang jalur pantai. Tapi kini sudah mulai tergerus oleh kegiatan penambangan.

2. Rusaknya jalan raya
Kerusakan yang paling parah akibat dari kegiatan pertambangan pasir besi ini adalah rusaknya jalan raya yang menjadi penghubung jalur pantai selatan, keadaan ini menyebabkan arus transportasi barang dan manusia menjadi terhambat. Sejak awal kondisi jalan raya yang menjadi penghubung Cipatujah dan Cikalong sudah rusak dan kini diperparah dengan adanya kegiatan pengangkutan pasir besi, dengan hilir mudiknya truk-truk besar yang mengangkut pasir besi tersebut. Masyarakat menyayangkan keadaan tersebut dimana keadaan ini membuat mereka tidak nyaman.
 3. Tingkat polusi udara yang makin meningkat
Hal ini disebabkan oleh hilir mudiknya truk-truk pengangkut pasir besi yang melintas, yang membawa pasir tersebut dari daerah cipatujah ke daerah lain, khususnya daerah ciamis dan sekitarnya.
4.      Rusaknya area persawahan atau pertanian warga
Lahan pertanian warga menjadi rusak akibat kegiatan pertambangan ini, diduga aliran air yang ke persawahan menjadi terganggu, akibatnya sawah warga menjadi cepat kering. Disamping itu area perkebunan yang tadinya rindang oleh kelapa  kini menjadi tandus dan kering.

Budayakan mencantumkan Penulis dan Sumbernya ya.
Jika nama penulis tidak ada paling tidak ya sumbernya harus jelas ^^

Penulis : Dosmaya Ruth Paber Simaremare, Jurusan Pendidikan Geografi 2013
Source by : 
Kuliah Kerja Lapangan Universitas Pendidikan Indonseia, Kabupaten Garut
Pic :
Ira Rahayu Camera
http://www.google.com/

0 komentar:

Posting Komentar