Kampung Dukuh berada di Desa Cijambe, Kecamatan
Cikelet, Kabupaten Garut. Berada pada ketinggian ± 390 m di atas permukaan laut
dengan luas ± 5 hektar. Dengan letak koordinat 07 33' 80" S, 107 41'
762" E.
Jika ditempuh dari Ibukota Kabupaten Garut berjarak
100 km, 80 km pertama dapat ditempuh dengan kendaraan umum sampai ke Cikelet,
dari sini kemudian berganti kendaraan umum menuju Cijambe. Dari pertigaan
Cijambe menuju Kampung Dukuh dengan jarak 9 km dapat ditempuh dengan ojeg atau
berjalan kaki. Kondisi jalan dari Cijambe menuju lokasi bisa dilalui hanya
dengan mobil khusus, karena Kendaraan berhenti di Pamenekan, yaitu persimpangan
menuju Kampung Dukuh. Dari Pamenekan ditempuh dengan jalan kaki menuju lokasi,
melalui jalan setapak dengan jarak 500 m.
Menurut cerita nama dukuh diambil dari bahasa Sunda
yang berarti tukuh (kukuh, patuh, teguh), dalam mempertahankan apa yang yang
menjadi miliknya, atau taat dan sangat patuh menjalankan tradisi warisan nenek
moyangnya. Menurut penuturan (2006) Lukmanul Hakim, Juru Kunci (Kuncen) Kampung
Dukuh istilah dukuh berasal dari padukuhan atau dukuh = calik = duduk. Jadi
padukuhan sama dengan pacalikan atau tempat bermukim.
Awalnya kita datang dan berhenti disebuah pertigaan yang dimana terdapat sebuah tugu yang menandakan Keberadaan dari Kampung Dukuh tersebut, dan ternyata kita masih harus menempuh perjalanan sekitar 200 meter untuk sampai ke Kampung Dukuh. disana kami sangat diterima oleh Warga Kampung Dukuh yang awalnya kami kira akan seperti Suku Baduy yang memang kental memegang budayanya. ternyata dikampung dukuh sendiri memang sangat memegang teguh budaya akan tetapi mereka juga tidak membatasi masuknya budaya-budaya baru, seperti handphone, sekolah, dan budaya lainnya. walaupun memang saya tidak mengerti bahasa sunda tapi saya mendengarkan cerita dari teman-teman saya.
Di Kampung Dukuh sendiri mempunyai sebuah mata air keramat, dan ternyata walaupun kampung dukuh sendiri sulit dijangkau karena akses jalan sangatlah sulit banyak sekali wisatawan dari berbagai daerah yang datang berkunjung ke kampung dukuh untuk mandi di mata air keramat tersebut, tentunya terdapat pantangan dan syarat sebelum dapat memperoleh air tersebut.
Syarat :
- Tidak menggunakan Pakaian Dalam (menurut penjelasan, harus suci dan hanya ditutupi kain hitam)
- Harus Perjaka/Perawan, Tidak Terikat Hubungan (Karena Dipercaya jika tidak terikat hubungan dan masih perjaka/perawan maka akan cepat mendapatkan jodoh, kalau sudah terikat akan berakibat sebaliknya yaitu akan merusak hubungan yang telah dijalin)
Pantangan :
- Menggunakan Pakaian selain Kain Hitam
- Bukan seorang Pegawai Negeri Sipil (saya lupa alasannya, kalau tidak salah berhubungan dengan uang yang diterima oleh PNS)
- Tidak memakai perhiasan
salah satu kami pun bertanyan mengenai bagaimana cara untuk menjadi warga dari kampung dukuh ataupun keluar dari kampung dukuh, sang kuncen menjawab jika warga kampung dukuh ingin keluar dari kampung dukuh maka akan di persilahkan oleh warga disana, akan tetapi jika seseorang ingin menjadi bagian dari warga Kampung Dukuh terdapat Beberapa Syarat yang harus dipenuhi, yaitu :
- Menyesuaikan dengan Budaya di Kampung Dukuh
- Melakukan Shaum selama 52 Hari (kalau saya tidak salah) sebagai syarat sebelum menjadi bagian dari Warga Kampung Dukuh
Bagaimana Tertarik berkunjung ke Kampung Adat Dukuh ? atau tertarik menjadi bagian dari Kampung Dukuh ? haha, saya sarankan jika ingin berkunjung ke kampung dukuh tidak usah sungkan untuk memotret disana, karena kesalahan kami yaitu mengira di Kampung ini tidak menerima budaya baru yang datang sehingga menyebabkan foto yang kami peroleh hanya sedikit dan cenderung hanya beberapa saja haha
Persiapkan pula Tubuh bagian belakang kalian akan sakit karena akses ke kampung dukuh sangat sulit dan cenderung berbatu-batu.
Budayakan mencantumkan Penulis dan Sumbernya ya.
Jika nama penulis tidak ada paling tidak ya sumbernya harus jelas ^^
Penulis : Herwan Derry Kartin Putra, Jurusan Pendidikan Geografi 2013
Source by :
Kuliah Kerja Lapangan Universitas Pendidikan Indonesia, Kampung Dukuh
Pic :
Ira Rahayu Camera